Cinta Pesan Kemanusian Iqbal
Subuh yang damai, rasa-rasanya tidak seperti subuh saya yang lalu-lalu. Diluar sana gema semesta terdengar mellow dengan melodi hujan melengkapi segalanya.
Sejak terbangun subuh tadi, seperti biasa aku hendak membaca. Sebenarnya akhir-akhir ini saya mulai membiasakan cepat bangun pagi, selain ingin mengubah kebiasan buruk bangun jam 11 siang, saya juga ingin punya jadwal yang rutin dalam membaca.
Karena alasan ini maka jadwal membaca
saya pindah jam tayang; waktu subuh tepatnya. Sebelumnya saya punya
jadwal membaca yang buruk, dimana selera membaca saya hadir disitu pula
saya sedang membaca. Yaa...selera jadi indikator membaca
Namun namanya selera tidak selamanya hadir, ia hanya sesaat. Karena itu membaca sangat tidak rutin saya laksanakan. Selain membaca, sayajuga menyempatkan untuk menulis apa saja yang ada
di dalam kepalaku yang membentak hendak keluar.
Sebab ketika tidak
keluar kepala saya jadi panas dan saya tidak mau kepala saya terasa
panas.
Menulis sebenarnya saya tidak setiap waktu atau setiap hari seperti senior-senior saya melakukannya bahkan mereka tidak menunggu kapala mereka panas terlebih dahulu.
Menulis sebenarnya saya tidak setiap waktu atau setiap hari seperti senior-senior saya melakukannya bahkan mereka tidak menunggu kapala mereka panas terlebih dahulu.
Juga mereka sangat liar
dalam menulis seolah-olah tidak ada yang membatasi mereka. Saya
terkadang berfikir barangkali kepala mereka adalah gudang ide. Ide yang
senantiasa menjajah realitas yang tidak mau mengenal bentuknya.
Oh..yaa, saya hampir lupa. Subuh tadi saya berjumpa dengan muh. Iqbal.
Fisik, Secara langsung pastilah sangat mustahil untuk jumpa dengan
beliau namun dengan jiwa bukan berarti kemustahilan untuk bisa ketemu
dengan Iqbal.
Iqbal sendiri telah diriwayatkan telah kembali ke yang
asal pada tanggal 21 April 1938, dalm usia 63 tahun. Beliau dikenal
sebagai seorang penyair filosof yang enerjik penuh kreatifitas.Raganya
memang tiada namun jiwanya menolak mati.
Jiwanya yang menolak mati bisa kita saksikan lewat karyanya. Disanalah Iqbal menjelma sebagai keabadian, bersama kreatifitasnya ia menabur pesan-pesan kemanusian diseluruh semesta.
Subuh tadi barangkali saya beruntung, satu dari sekian banyak percikan pemikiran iqbal telah saya temukan. "Cinta adalah segalanya". Inilah pesan Iqbal kepada saya, subuh tadi.
Kemampuan yang kuat untuk menyerap nilai-nilai penciptaan dan ide dalam bentuknya yang lebih tinggi adalah makna cinta menurut Iqbal. Penguasaan kehidupan universal sesungguhnya cinta lah yang menguasai, bukan hanya pada bentuk rohani namun juga pada bentuk lain, yakni dunia yang juga merupakan menifestasi cinta.
Karena cinta adalah segalanya maka dari itu Iqbal sangat menekankan pentingnya cinta untuk meningkatkan akhlak dan kepribadian manusia.
Kepribadian manusia barangkali yang dimaksud adalah ego. Sebab mengenal Iqbal maka kita juga akan mengenal filsafat "ego" nya.
Ego kata Iqbal merupakan poros segala perbuatan amal manusia yang dirasakan oleh naluri dan pada hakikatnya memberikan tuntunan. Karena dasarnya manusia senantiasa bergerak menuju keabadian maka dari itu ego senantiasa membimbing manusia sampai pada tujuan tersebut.
Nah..bagaimana ego untuk bisa sampai kepada keabadian ?? Kata Iqbal, Ego mestilah diperkuat. Salah satu faktor yang dapat memperkuat ego tersebut adalah cinta.
Cinta yang tidak terbatas pada rasa bahagia
individu tapi lebih daripada itu, dia lah segalanya.
Barangkali karena cinta, kepala saya jadi panas. Kalian tahu kan ketika kepala saya jadi panas?
Barangkali karena cinta, kepala saya jadi panas. Kalian tahu kan ketika kepala saya jadi panas?