Filsafat Barat: Pengantar Perspektif Sejarah Pemikiran
Filsafat Barat adalah sejarah panjang pemikiran manusia-manusia kaukasoid yang dengan mengendarai nalarnya mencoba untuk keluar dari belenggu dogma mitologis. Evolusi pemikiran filsafat Barat berkembang dari kritik pemikiran kosmologi hingga mengutak-atik pemikiran alam simbologi, dari pemikiran kosmosentris Thales hingga petualangan semiologi Roalnd Barthes. Namun, apakah filsafat Barat hanyalah sebuah sketsa sejarah pemikiran yang berada pada lokus kawasan belahan Barat dunia?. Selama lebih dari 2500 tahun pemikiran filsafat Barat beranjak dari Miletos lalu menyeberang ke tanah Greek dan terkungkung dalam hegemoni gereja skolastik Romawi, lalu bersinar memantik pencerahan akal budi di tanah Inggris, Jerman, dan Prancis, hingga seluruh daratan Eropa,
Oleh : Sabara Nuruddin SH, M.fil
Amerika, dan akhirnya dengan itu, peradaban Barat tampil menghegemoni dunia.
Filsafat Barat adalah simbol penegakan keagungan dan kuasa nalar manusia yang berontak terhadap keangkuhan dan kekakuan dogma. Meski filsafat Barat sempat teraneksasi oleh dogmatisme gereja, selama lebih 1000 tahun filsafat terkungkung dan terkurung di balik tembok biara dan kastil. Filsafat dieksploitasi menjadi media apologetik teologi untuk kukuhkan iman kristiani. Namun, akhirnya fajar baru pencerahan pun tiba, seiring proklamasi kebebasan nalar yang diteriakkan Rene Descartes. “Cogito ergo sum, sive extentia”. Menjadi penanda bangkitnya kembali akal budi melawan kuasa “iman” yang menghegemoni. Selanjutnya, nalar dan manusia menjadi modus filsafat yang dipuji walau terkadang dicaci.
Selama ini pengkajian terhadap pemikiran filsafat Barat, lebih didasarkan pada pengkajian yang bersifat kronik dengan urutan-urutan waktu sebagai penandanya. Atau pengkajian terhadap pemikiran filsafat Barat, lebih ditekankan pada pembahasan tematik dengan memfokuskan aliran-aliran pemikiran sebagai modus pembahasan. Sejauh ini, nyaris tidak pernah pengkajian terhadap pemikiran filsafat Barat sebagai satu kesatuan bangunan pemikiran yang utuh, yang memiliki akar paradigmatik yang serupa. Akar paradigmatik inilah yang berperan sebagai –memnjam istilah Hegel- “ide absolut” yang bergerak secara dialektis menggerakkan kesadaran dan pemikiran dalam sejarah filsafat Barat, dan akhirnya melahirkan dan membentuk berbagai varian pemikiran, sentrum, dan aliran dalam.filsafat Barat. Dan untuk memahami Tuhan dalam pandangan para filsuf Barat, melacak akar paradigmatik pemikiran filsafat Barat dapat menjadi alat Bantu dalam menganalisis konsep ketuhanan dalam pemikiran filsafat Barat.
Dalam perjalanannya, filsafat Barat merupakan proses dialektika evolusi pemikiran yang diwarnai oleh mitologi dan pemikiran Yunani-Romawi yang kemudian “beramalgamasi” dengan corak pemikiran Yudeo-Kristiani. Di masa renaissance atau aufklarung corak pemikiran tersebut terpolarisasi ke dalam tiga kawasan yang masing-masing memiliki karakter pemikiran yang khas, yaitu Inggris, Prancis, dan Jerman. Pemikiran dari ketiga kawasan inilah yang mendominasi alur dan karakteristik pemikiran filsafat Barat. Pemikiran Inggris dikenal dengan corak empiris-eksperimentatif, yang melahirkan mazhab empirisme, dengan Francis Bacon, David Hume, John Locke, dan Thomas Hobbes sebagai tokohnya. Lalu alur pemikiran Inggris bermetamorfosa di tangan duet guru-murid Jeremy Bentham dan John Stuart Mill dan melahirkan mazhab utilitarianisme. Di akhir abad XIX hingga awal abad XX, alur pemikiran mazhab Inggris tersebut berinkarnasi di Amerika menjadi mazhab pragmatisme dengan trio Charles Sanders Pierce, William James, dan John Deway sebagai tokohnya. Mazhab prancis, dikenal dengan corak rasionalismenya yang sangat kental. Diawali dari Rene Descartes, Leibniz, dan Christian Wolf, filsafat Prancis mengkristal dalam corak rasionalis. Lalu di tangan duet Henry Saint Simon dan Auguste Comte, corak pemikiran Prancis berkembang dan melahirkan mazhab positivisme, sebagai penggabungan rasionalisme Prancis dengan metode eksperimentatif ala Inggris. Sedangkan Jerman, mempunyai alur dan karakter berpikir yang cenderung lebih abstrak dan rumit, dengan mazhab Kritisisme (Kant) dan idealisme (Fichte, Scheeling, dan Hegel) sebagai iconnya. Meskipun Jerman melahirkan beberapa pemikir materialis seperti Ludwig Feurbach, Karl Marx, dan Frederich Nietzsche, namun kecendrungan alur berpikir mereka masih didominasi oleh gaya berpikir dan ide-ide yang lebih bersifat abstrak.