Filsafat Kebahagiaan: Perspektif Aristoteles

Filsafat Kebahagiaan Perspektif Aristoteles
Aristoteles (Foto: Pixabay)

Oleh : Sabara Nuruddin SH, M.fil.i

Menjadi bahagia, disadari atau tidak adalah tujuansemua manusia. Pada dasarnya motif yang menggerakkan manusia untuk melakukanapa pun adalah untuk mencapai kebahagiaan. 

Tujuan asasi manusia adalah mencapaikebahagiaan, namun pendefenisian kita tentang kebahagiaan sering berbeda,sehingga tindakan kita untuk mencapai kebahagiaan tersebut berbeda-beda pula,bahkan kerap berkontradiksi antara satu orang dengan orang lain. 

Pendefenisianatau pemaknaan kita tentang apa itu kebahagiaan sangat menentukan tindakan kitauntuk mencapainya.

Sebagian orang melekatkan kebahagiaan pada hal-halyang bersifat materil, sehingga pencapaian kebahagiaan dilakukan denganberusaha memuaskan segenap hasratnya untuk mencerap kenikmatan materil. 

Sebaliknya ada yang berpandangan bahwa melekatkan kebahagiaan pada sesuatu yang bersifatmateril adalah sebuah kesalahan besar, karena materi tak akan pernah memebrikankebahagiaan hakiki pada manusia. 

Sebaliknya, upaya pemenuhan kepuasan materilsecara berlebihan hanya akan membuat manusia semakin menjauh dari kebahagiaan. 

Sebuahilustrasi dari dua orang yang pernah menimba ilmu dari Socrates sang guru bijakdari Athena, yaitu Aristippus dan Anthitenes. 

Menurut Antithenes, kebahagiaanadalah dengan meninggalkan kesenangan-kesenangan materil, karena sejatinyakebahagiaan adalah bersifat metafisik. 

Sebaliknya Aristippus berpendapat bahwakebahagiaan adalah bagaimana memuaskan hasrat jasmaniyah. 

Akhirnya Antithenes dikenal sebagai tokoh aliran asketisme yang menekankan pencapaian kebahagiaandengan menjauh dari kesenangan-kesenangan materil, sebaliknya Aristippus kemudian dikenal sebagai tokoh aliran hedonisme yang menekankan kebahagiaandengan pemenuhan kesenangan-kesenangan materil (hedone).

Tema kebahagiaan, merupakan salah satu tema penting yangdibahas dalam filsafat. Tema kebahagiaan menjadi penting karena terait dengansesuatu yang bersifat asasi pada setiap manusia, sehingga filsafat menjadipenting untuk membahasnya. Aristoteles sebagai salah seorang filosof terkemukadalam sejarah filsafat juga memiliki perhatian khusus untuk tema yang satu ini.Aristoteles sangat menekankan pentingnya Moralitas  untuk menemukanpertimbangan  rasional sebagai dasar bertindak, sehingga orang sungguhdapat mencapai kebahagiaan yang bermakna.

Bagi Aristoteles, filsafat menjelaskan bahwa Hanyaorang yang menguasai hawa nafsunya yang bisa bahagia. 

Kita tidak bisa langsungmengusahakan kebahagiaan. Yang harus kita usahakan adalah suatu tindakan yangkita ketahui akan mengantarkan kita pada kebahagiaan,  Menurut Aristoteles, orang yang mencapaikebahagiaan dengan mengejar kenikmatan-kenikmatan jasmaniyah seperti makan,minum, seks, sebagai “cara hidup binatang ternak”. 

Manusia bukanlah ternak, takmungkin manusia mencapai kepuasan yang sebenarnya apabila ia memusatkan diripada hal-hal yang dimilikinya bersama dengan kambing?  Maka, hidup mencarinikmat dalam arti nikmat inderawi semata-mata justru akan mengecewakan. 

Nikmat yang lebih bermutu dan lebih membahagiakan justru akan tertutup bagikita, seperti nikmat yang kita rasakan dari pergaulan dengan para sahabat,nikmat penemuan kebenaran dalam study, nikmat mengolah sawah yang menjanjikankelimpahan panen, nikmat membuat karya seni, lebih-lebih nikmat karenatersentuh oleh kasih Tuhan. 

Aristoteles menekankan bahwa yang kita lakukan ialah segala perbuatan yang bermakna, dan kenimmatanakan mengikuti dengan sendirinya.

Aristoteles menegaskan bahwa bukan nikmat yang haruskita kejar melainkan kita harus mengejarperbuatan-perbuatan yang bermakna. 

Dengan mengejar perbuatan yangbermakna, nikmat akan  mengikuti dengan sendirinya maka kita pundapat sungguh menikmati hidup. 

Contoh perbuatan yang bermakna adalah apabilaseseorang bertindak berdasarkan keluhuran moralitasnya. 

Bagi Aristoteles,moralitas adalah salah satu gejala kemanusiaan yang paling penting. Moralitasdapat disebut keseluruhan peraturan tentang bagaimana manusia harus mengaturkehidupannya supaya ia menjadi orang baik. 

Untuk itu, moralitas perlu diajarkankepada setiap manusia lebih-lebih melalui pendidikan moral. Berhasil ataugagalnya pendidikan moral tiap individu dapat dilihat dari perbuatan-perbuatanyang dilakukan. Pendidikan  moraldikatakan berhasil apabila seseorang merasa bahagia apabila melakukan perbuatanyang baik dan merasa malu jika berbuat buruk. Sedangkanpendidikan moral yang gagal adalah jika seseorang merasa bahagia melakukanperbuatan-perbuatan buruk dan sulit untuk melakukan yang baik.

Dalam pemikiran Aristoteles, kebahagiaan sejati mestiberasal dari batin yang telah dididik. Oleh karena itu pendidikan batin punsebisa mungkin dimulai sejak dini. 

Pendidikan yang baik tidak membiarkanseseorang  berkembang “sesuai seleranya sendiri,” tetapi perlu dibukadimensi hati agar seseorang merasa bangga dan gembira apabila ia berbuat baik,sedih dan  malu apabila melakukan sesuatu yang buruk.  

Melalui perasaan-perasaan itu seseorang, tanpa paksaan, belajar berbuat baik dengangampang dan menolak dengan sendirinya yang jelek atau memalukan. 

Setiap orang memiliki konsep kebahagiaannyamasing-masing. Akan tetapi, permasalahannya, apakah setiap orang sempatmemikirkan konsep kebahagiaan yang ia miliki secara lebih mendalam? Apakahkonsep kebahagiaan yang ia pegang, sungguh-sungguh membawanya pada kebahagiaansejati, atau sebaliknya, kebahagiaan semu yang justru akan menjerumuskannyadalam kedangkalan dan ketidakbahagiaan. Semoga pemikiran Aristoteles yang sayasajikan ini dapat menjadi pertimbangan untuk merenungi makna kebahagiaan lebihmendalam,

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa kina azab annar.

(Tuhanku, berikan kami kebahagiaandi dunia dan akhirat serta bebaskan kami dari siksa api neraka)

Popular posts from this blog

Education Plus Cyber Charter School: Empowering Students for the Future

How to Abbreviate Bachelor Degree, Bachelor's Degree on Resume, and More: A Comprehensive Guide

Bachelor's Degree Abbreviation for Business: Exploring BBA and Beyond