TITIK SEJARAH
Begitupun
sebaliknya akan seiring dan banyak yang mengintai sepak terjangnya.
Dialah pelatuk sejati masyarakat Madaniah.
Lahir dengan predikat yatim. Menyambutnya tepat ketika pekik keadilan katupnya dalam genggaman segelintir konglemerat gurun pasir.
Kabilah adalah kiblat sosial yang dimapankan dua pondasi yakni perbudakan plus era berhala yang cukup akut.
Dimasa itulah status kaum jahiliah eksis sedemikian rapinya.
Hal inilah yang hanya segelintir kepala mewacanakannya.
Sebab resikonya sungguh dramatis.
Hampir Semua ruang publik menyuguhkan begitu kuatnya peran penguasa kala itu.
Bukankah kisah Fir aun belum sepenuhnya tamat hingga harus ada utusan penghabisan??
Baca Juga BERPOLITIK, BAGAIMANAKAH?
Momen Zaman selalu tepat dan akurat.
Kelahirannya semua entitas langit terjaga dengan aneka sujudnya.
Dua empirium raksasa seolah di sambar petir saat kabarnya sudah jadi buah bibir para pangeran hingga hamba sahaya.
Sang Matahari mengorbit lepas kendali para tirani.
Namun biasnya meniscayakan keteduhan bagi siapa saja yang masih memimpikan RahmatNya yang meliputi Segala sesuatu.
Di eranyalah sosok Salman al Farisi "murtad" dari gelimang istana yang mengasuhnya.
Lewat keteduhan misinya sosok Abu Dzar menghabiskan sisa umurnya menerobos tembok kedzaliman dengan pekik lantangnya.
Karena itu syahidnya persis apa yang sang nabi lontarkan saat hidupnya.
Lalu apa muatan inti atas semua risalahnya yang rahmatan lil alamin???
Soal sudut sejarah-lah yang menyilauakan, dengan tagline berantai mengokohkan mimbar tanpa Toa yang sejatinya hanyalah pengais "debu"yang amat fana.
Nalar yang fitrah tergadaikan dengan murahnya hanya dalam durasi kebalitaan.
Mungkin mimbar yang sebelumnya adalah pencetus persaudaan dua kutub yakni keimanan dan kemanusiaan berevolusi jadi corong penghinaan atas inspirasi gen Firaun.
Kebenaran dilambung kiri di lampu merah.
Sekilas itulah gelanggang harus dikabarkan!!!
Demi pena yang tertulis
Bukankah Pena itu
rahimnya aksara?
Bukankah Pena itu obor zaman?
Bukankah Pena itu lautan hikmah?
Bukankah titik itu anak pertama
sang Pena-pena menggores
Lembaran-lembaran fitrah zaman yang tak ada kata
putusnya.
Sungguh teramat kanak-kanak-lah yang mau mengaburkan "Titik Sejarah" yang dengannya Bumi di ciptakan.
Makassar 5 Rabiul Awal. Palewai. to Sil. 14.